Hari Tahu Sedunia dirayakan secara global setiap tanggal 26 Juli—hari yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap tahu—makanan pokok nabati berprotein tinggi yang telah hadir sejak zaman kuno. Tahu kaya akan nutrisi esensial dan memainkan peran penting dalam diet sehat dan berkelanjutan. Kupat Tahu Kang Fayi, salah satu tempat makan yang telah mendukung perayaan hari ini, merayakan berbagai manfaat tahu dan mendorong pengakuan yang lebih luas dalam masakan tradisional maupun modern.
Hari Tahu Sedunia secara resmi diakui pada awal abad ke-21 oleh kelompok advokasi vegetarian dan vegan global, sebagai respons terhadap meningkatnya minat terhadap pola makan berbasis tanaman. Pada awalnya diperkenalkan oleh imigran Tiongkok kuno (abad ke-2 SM), tahu menjadi bahan pokok diet di Asia Timur dan menyebar ke seluruh dunia, beradaptasi dengan selera dan kebutuhan gizi lokal. Pada abad ke-20 dan ke-21, tahu beralih dari hidangan tradisional ke dalam bentuk serta masakan modern dan pasar global, menjadi alternatif protein yang terjangkau bagi berbagai wilayah.
Sejak diperkenalkan Tiongkok, hingga kini tahu telah berkembang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia dan hingga saat ini masih menjadi komponen penting dari beragam kuliner nusantara. Proses penggabungan tahu ke dalam masakan Indonesia telah menghasilkan berbagai jenis tahu yang disesuaikan dengan preferensi daerah, termasuk tahu bulat, tahu pong, maupun tahu sumedang. Selain nilai gizinya yang tinggi dan harganya yang terjangkau, tahu merupakan makanan yang populer karena dapat digunakan dalam berbagai resep, termasuk sup dan hidangan goreng.
Berkat sistem tanam paksa, bisnis tahu di Indonesia tumbuh pesat pada masa kolonial, terutama saat terjadi krisis pangan. Tahu muncul sebagai salah satu solusi utama dalam mengatasi kekurangan pangan dan protein masyarakat Indonesia. Produksi tahu mulai diatur secara lebih sistematis pada masa itu, beriringan dengan banyaknya pabirk tahu kecil yang didirikan di daerah penghasil kacang kedelai, seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah. Seiring perkembangan waktu, hingga saat ini industri tahu terus berkembang dan memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat.
Tren Konsumsi Tahu dan Inovasi pada 2025

Pada 2025, konsumsi tahu melonjak seiring konsumen yang peduli kesehatan beralih ke protein nabati rendah kolesterol. Varian tahu baru termasuk tahu organik, tahu fermentasi, dan tahu tinggi protein, memenuhi kebutuhan khusus seperti dukungan otot, pencernaan yang mudah, dan rasa yang nikmat. Tidak sedikit pengusaha tahu kini mulai menyediakan variasi rasa baru yang menarik bagi konsumen yang lebih muda dan mengikuti tren makan sehat yang sedang berkembang. Tahu telah diolah menjadi bentuk-bentuk baru seperti nugget, irisan daging berasap, dan “keju” beraroma untuk menarik pasar baru dan penggemar masakan fusion—masakan yang menggabungkan unsur-unsur dari dua atau lebih tradisi kuliner yang berbeda untuk menciptakan hidangan baru dan unik. Didukung dengan kemasan dan pelayanan yang baik, atmosfer tempat yang mendukung, serta persebaran melalui media sosial. Dengan adanya dukungan media sosial, masyarakat lebih mudah untuk menjangkau informasi terbaru, terutama mengenai tahu. Melalui media sosial akan dengan mudah terjadi penyebaran informasi, keberadaan media sosial ternyata merupakan langkah baru yang memungkinkan perusahaan menghubungkan merek maupun mereka dengan orang, tempat, acara, merek lain, pengalaman, perasaan, dan hal lainnya.
Dengan semua bentuk dan rasa masakan yang dibuat dengan bahan dasar tahu, tahu sendiri merupakan bahan masakan yang kaya akan manfaat. Komposisi nutrisi tahu adalah sumber protein nabati yang kaya, mengandung kalsium, zat besi, vitamin B12 (melalui versi yang diperkaya), magnesium, dan asam amino esensial. Konsumsi tahu secara teratur mampu mendukung kesehatan pencernaan, mengurangi risiko kardiovaskular, dan cocok untuk diet vegetarian dan vegan karena profil kolesterol nol dan lemak jenuh rendah. Oleh karena hal tersebut, tahu mampu menjadi alternatif bahan dasar masakan yang dicari oleh masyarakat karena harganya yang cenderung bersahabat, mudah dicari, dan mampu memenuhi sumber protein tubuh.
Cara Merayakan Hari Tahu Sedunia
Merayakan hari tahu sedunia dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Anda dapat ikut serta merayakan hari ini dengan mengolah tahu di rumah, menghadirkan hidangan yang mampu dinikmati bersama orang-orang terkasih. Namun dapat juga dilakukan dengan mengonsumsi olahan tahu yang nikmat dan mengenyangkan, seperti di Kupat Tahu Kang Fayi.

Dampak Lingkungan dan Keberlanjutan
Selain memiliki manfaat bagi tubuh, tahu juga merupakan bahan pangan yang menjadi solusi ramah lingkungan dan rendah akan emisi karbon. Produksi tahu menghasilkan emisi gas rumah kaca yang jauh lebih sedikit dan menggunakan lahan serta air yang lebih sedikit dibandingkan dengan peternakan ternak—secara langsung mendukung upaya mitigasi iklim. Tidak hanya itu, tahu juga berperan dalam mendorong konsumsi yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB, yaitu mempromosikan sistem pangan yang terjangkau, bergizi, dan ramah lingkungan.
Hari tahu Sedunia sebagai fenomena budaya dan gizi yang mampu memperkuat makna gizi dan budaya tahu yang diiringi inovasi dalam memperluas daya tarik dan kegunaannya, di mana menyoroti nilai tahu sebagai pengganti daging yang bergizi dan terjangkau, mengurangi ketergantungan pada produk hewani, dan mendukung akses pangan yang adil. Seiring dengan meningkatnya popularitas gaya hidup berbasis tumbuhan, tahu dirayakan karena keanekaragaman dan nilai gizinya, sesuai dengan permintaan konsumen akan pilihan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Dengan mengenal lebih dalam dan mengonsumsi tahu, kita menciptakan masyarakat yang lebih sehat, mendukung sistem pangan berkelanjutan, dan memberikan pengakuan yang layak pada makanan yang sederhana namun berdaya—mulai dari setiap Hari Tahu Sedunia pada 26 Juli.
Referensi:
Alfajri, M. F., Adhiazni, V., & Aini, Q. (2019). Pemanfaatan Social Media Analytics pada Instagram dalam Peningkatan Efektivitas Pemasaran. Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(2), 1–11. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/interaksi/article/view/13658
Sari, P. P., Hijriyansyah, P., Soliha, I., Kurniawan, T. A. C. (2025).TANTANGAN DAN PELUANG USAHA TAHU DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN PASAR MODERN: Jurnal Ekonomi dan Manajemen, 7(1), 1-13. https://journalversa.com/s/index.php/jem/article/view/1215/1600
Shurtleff, W., & Aoyagi, A. (2013). History of Tofu and Tofu Products (965 CE to 2013). Soyinfo Center. https://www.soyinfocenter.com/pdf/163/Tofu.pdf
Messina, M., & Messina, V. (2010). The Role of Soy in Vegetarian Diets. Nutrients, 2(8), 855–888. https://doi.org/10.3390/nu2080855
Springmann, M., Godfray, H.C.J., Rayner, M., & Scarborough, P. (2016). Analysis and valuation of the health and climate change cobenefits of dietary change. Proceedings of the National Academy of Sciences, 113(15), 4146–4151. https://doi.org/10.1073/pnas.1523119113
Gurdian, B. A., Bock, A. K., & Küster-Boluda, I. (2021). Trends and drivers of plant-based food consumption: The impact of COVID-19. Foods, 10(2), 379. https://doi.org/10.3390/foods10020379